Para pembaca Yth..............

Tulisan dibawah ini hanyalah kesimpulan saya dari hasil analisa yang masih dangkal mengenai sejarah MinangKabau. But I can assure you, there is no any sentence (s) in this work has quoted from the WebSite

Sunday, April 18, 2010

Punahnya keluarga kerajaan PAGARRUYUNG

Christine DOBBIN - Islamic revivalism in a changing peasant economy; Central Sumatra 1784-1847 - Curzon Press, 1983 - Related with Rosihan ANWAR's article; PADRI war that you had never been knew (source: G. Teitler - Het einde van de Paderieoorlog: Het beleg en de vermeestering van Bonjol, 1834-1847), Kompas news February 6, 2006


Some says - This narsis Man is one of the King of PAGARRUYUNG Kingdom - Descendant of ADITYAWARMAN - I don't thing he is an INDIGENOUS Minangkabau man

Sejalan dengan masa dimana VOC telah menancapkan pengaruhnya diwilayah MinangKabau, salah satu pengikut revolusi Islam dari kelompok kaum muda bernama PETO SYARIEF yang berasal dari desa BONJOL, memimpin pemberontakan tahun 1821 demi untuk menyebarkan doktrin PADRI yang dikenal dengan nama perang PADRI. Pada intinya doktrin tersebut ingin mengembalikan kemurnian ajaran Islam dan menghilangkan sekularisme serta hal yang PALING PENTING bagi mereka (para pedagang asal Aceh yang kecewa)adalah merebut kembali kontrol dan dominasi perdagangan diwilayah Minang dari tangan kolonialis (kembali ketangan mereka, jadi jangan buru2 menganggap Imam Bonjol sebagai pahlawan nasional !!). Dilain pihak keluarga kerajaan Pagarruyung juga tidak tinggal diam dan dengan bekerjasama dengan pihak VOC (sebagai mitra dagang), pada tahun 1837 kelompok Bonjol (Padri) akhirnya berhasil dihancurkan dan pemimpinnya PETO SYARIEF (Mr. Imam Bonjol), Imam dari daerah BONJOL berhasil ditangkap dan dibuang ke Menado.

Akibat dari perang PADRI, pihak VOC malah mendapat dua keuntungan yaitu, kembali menguasai secara mutlak wilayah Sumatra Barat serta memecah belah tatanan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Minang, karena pada masa perang tersebut, terjadi juga perang saudara yang menimbulkan pembunuhan massal terhadap keluarga kerajaan Pagarruyung yang dilakukan dengan bengis oleh kelompok yang dipimpin oleh seorang yang (diisukan) menjuluki dirinya sebagai Tuanku LELO. Punahnya keluarga keturunan dynasti Adityawarman mengakibatkan hilangnya kerajaan selama-lamanya pada akhir abad 19.

Catatan tentang SHRIVIJAYA
Shrivijaya mulai dikenal setelah G Coedes menerbitkan artikel berjudul; Le Royaume de Crivijaya tahun 1918.
Prasasti tertanggal 682 masehi yang ditemukan tahun 1920 di Kedukan Bukit (Sumatra Selatan) menyatakan kedudukan Shrivijaya pertama didaerah Mukha-P
Prasasti Talang Tuo tertanggal 684 masehi didesa Gandus, Palembang tahun 1920 diceritakan tentang pembangunan taman yang bernama Sriksetra oleh seseorang yang bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa (pemimpin komunitas ?)
Seluruh bangunan dipusat kota Shrivijaya diduga terbuat dari bahan yang mudah rusak dimakan zaman, kecuali sisa yang terendam didalam rawa atau ditepian sungai. Sisa bangunan dari bahan kayu ditemukan disitus Ujung Plancu, Kabupaten Batanghari, Jambi. Ditemukan pula bangunan dengan bahan batu bata disitus GendingSuro, Candi Angsoka dan bukit Siguntang (hanya tinggal pondasi)
Apakah Shrivijaya merupakan kerajaa besar? Prasasti Kota Kapur yang ditemukan dipulau Bangka tahun 1892 oleh JK van der Meulen didapat petunjuk bahwa kerajaan Shrivijaya sedang berusaha menaklukan Bumi Jawa (kerajaan Tarumanagara - Banten?), hal ini dapat disimpulkan Shrivijaya mungkin memang kerajaan besar

1 comment:

  1. The picture of the man you called "narsis" is the picture of the last Sultan of Pagaruyuang whose name is Sultan Alam Bagagarsyah. During the 1st round of Padri war, he supported the Dutch in order to counter Tuanku Imam Bonjol. In the 2nd round of the Padri war, he supported Tuanku Imam Bonjol; the fact which led to his capture and exile, prior to the seizure of Tuanku Imam Bonjol.

    ReplyDelete