Para pembaca Yth..............

Tulisan dibawah ini hanyalah kesimpulan saya dari hasil analisa yang masih dangkal mengenai sejarah MinangKabau. But I can assure you, there is no any sentence (s) in this work has quoted from the WebSite

Tuesday, April 20, 2010

Halo, APA KHABAR....

THE MAJESTIC Istana PAGARRUYUNG (Istano BASA - replika) - Tanah Datar, Batu Sangkar - Photographed in 1988 - KOTO PILIANG style - Background, BATU PATAH hill - Main building on wooden stilts - Walls are covered with richly carved & painted flowers on wooden panels - Roof is steeply sloping gabled roof, end in needle point pinnacles pointing to the sky, mimmicking the horns of the buffalo (tanduak kabau)

Memang sudah banyak artikel serta buku-buku yang mengulas tentang masyarakat Minangkabau dari berbagai macam aspek, oleh karena itu saya tidak banyak berharap dari Anda para pembaca akan terpesona dengan apa yang saya tulis ini. Karena yang saya tulis inipun sebagian besar pasti sudah pernah ditulis oleh para penulis sebelum saya dan, saya percaya dengan kualitas yang lebih baik. Hanya, katakan saja tulisan ini merupakan versi sederhana dari rangkuman yang saya istilahkan sebagai issue yang cukup spesial bagi saya, karena sabagai penulis, ini adalah untuk pertama kalinya saya menulis tentang MinangKabau. Juga janganlah banyak berharap dari tulisan saya ini, karena rangkuman tulisan ini hanya didasari oleh keingin tahuan saya yang lebih dalam mengenai MinangKabau, bagaimana caranya? saya berusaha mengumpulkan data sejarah, mitos-mitos serta data penunjang lainnya, lalu saya tuangkan kedalam tulisan ini agar saya dapat mengurut segalanya dari mula asal muasal masyarakat Minang. Dengan cara inilah saya berusaha untuk memahami masyarakat Minang lebih baik, jadi sebenarnya tulisan ini saya buat hanya untuk diri saya sendiri, tapi, what the hell, I leave it to you guys to read, it's free !!

Dasar pengertian saya, bahwa semua yang sudah pernah ditulis oleh para penulis tentang MinangKabau, baik mengenai adat istiadat ataupun legenda serta mitos yang beredar selama ini, bersumber dari informasi yang tidak pernah ditulis secara formal sebelumnya, atau dengan kata lain saya berpendapat bahwa belum pernah ada yang melakukan "Exploratory Study" secara formal terhadap sejarah perkembangan masyarakat Minang. Jadi siapapun sah-sah saja untuk menganggap dirinya mengetahui dan mengerti tentang MinangKabau. akan tetapi, walau bagaimanapun, untuk para penulis sebelum saya, saya ucapkan terimakasih karena sedikit banyaknya dari apa yang telah saya baca melalui tulisan Anda semua, telah menimbulkan semangat serta inspirasi bagi saya untuk membuat tulisan mengenai Minangkabau ini.

Pembaca yang budiman, tulisan ini dibuat tidak ada niat sedikitpun untuk memojokkan atau apalagi menghina seseorang, kelompok maupun etnik yang mempunyai kehidupan sosial dan pandangan berbeda, tetapi saya hanya berusaha menuangkan realita sejarah dari sisi kenyataan yang lain. Walaupun pembaca akan menemukan ada beberapa kata2 yang agak "tajam", bertujuan hanya untuk menegaskan maksud yang terkandung didalam bab ataupun satu alinea tertentu.

Dan terakhir, berkaitan dengan tulisan saya ini pula, saya membuka diri untuk secara obyektif dikritik habis-habisan serta menerima masukan yang original.

Penjelasan UMUM

BUKITINGGI (VOC name; Fort de KOCK), a walking distance city, an up hill city (Plateau) with STAIRS every where - Population 200 thousands - The above view is a Short Cut "Limpapeh" heritage bridge - between FORT DE KOCK Fortress & ZOO Bukitinggi - Kompas, 2 November 2003

RANGKIANG - A place like a barn to stocking RICE (padi)

Untuk memudahkan anda semua para pembaca dalam memahami tulisan saya, dibawah ini adalah penjelasan singkat tentang inti dari setiap bagian dari tulisan ini.
Pertama-tama pada Bab "Halo apa khabar" (sebelum Bab tulisan ini)para pembaca akan mengetahui dasar alasan saya dalam membuat tulisan tentang MinangKabau ini, disertai dengan pemahaman saya tentang posisi tulisan-tulisan yang telah dibuat oleh penulis-penulis sebelum saya.
Kemudian pada Bab "Gambaran sekilas MinangKabau" (setelah Bab ini) dapat diketahui metode apa yang saya gunakan dalam menyusun tulisan ini.
Pada Bab-bab berikutnya anda pembaca yang budiman akan mulai masuk kedalam inti dari tulisan ini antara lain; gambaran ringkas Minangkabau secara umum, kemudian inti dari inti tulisan ini, yaitu sejarah perkembangan masyarakat Minang sejak zaman nenek moyang pertama sampai dengan pendudukan kolonial Belanda. Khusus pada bagian ini, saya memakai metode "Historical Research"(HR) dalam melakukan pengamatan, sesuai dengan metode yang telah dikembangkan oleh Wiersma (1991). Selama proses pengamatan dengan metode HR ini, saya membagi pelaksanaan metodology ini menjadi empat tahap, yaitu pertama adalah pengidentifikasian dari masalah, mengumpulkan dan mengevaluasi sumber-sumber terpercaya, kemudian saya membuat satu Sintesa dari informasi yang terkumpul, lalu tahap akhir adalah membuat analisa Interpretasi untuk menghasilkan beberapa Hypothesa.
Hypothesa-hypothesa yang saya tuangkan pada bagian akhir tulisan ini yang saya beri judul "Komentar SAYA", adalah perupakan pertanyaan-pertanyaan saya dari hasil kajian beberapa aspek pengamatan terhadap keseluruhan data perkembangan masyarakat Minang yang saya uraikan dibagian sebelumnya, dengan didasari pengertian bahwa sebuah hypothesa adalah statement yang menegaskan hubungan-hubungan dari beberapa konsep penyelusuran bagian-bagian sejarah yang saling berkaitan, dimana konsep-konsep tersebut menampilkan sesuatu yang bermakna, sesuai dengan penjabaran dari Bauma (1993) tentang arti dari hypothesa itu sendiri.

Selamat membaca
Tidak ada satu kalimat pun dikopi dari WEBSITE

Gambaran sekilas MINANGKABAU

MAP TOURISM of West Sumatra

ANAI Valley - one hour from Padang city - at the foot of mount TANDIKEK - Padang Pariaman district - Fog Train (called "Mak Itam")crossing on the above road Padang to Bukitinggi - Garuda magazine, July 2010

Pagaruyung, Istano BASA, a wooden Palace replica - Tanah Datar district - Kompas, 14 November 2001

MinangKabau menempati satu wilayah yang berada dalam propinsi Sumatra Barat, dimana kultur peradaban dari masyarakatnya secara umum sebenarnya tidak banyak berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya yang berada dalam wilayah Republik Indonesia.
Beberapa ratus tahun yang lalu memang ada satu kerajaan yang dijunjung serta disegani oleh masyarakatnya, akan tetapi sudah lama punah, betul2 punah, habis, tidak ada satupun keturunan dari keluarga kerajaan Minangkabau yang masih hidup sekarang (walaupun masih banyak yang mengaku-ngaku, seperti Kompas 6 Agustus 2001 memunculkan sebuah nama wanita, GADIH RENO RANTI yang dianggap sebagai penerus pemerintahan Kerajaan PAGARRUYUNG setelah dihancurkan VOC - silahkan percaya / tidak, saya belum bisa percaya, karena sangat mungkin nama tersebut hanya keturunan dari ADITYAWARMAN - mari baca tulisan ini sampai selesai untuk mengetahui siapa ADITYAWARMAN sesungguhnya, menurut saya).
Sejalan dengan perkembangannya, masyarakat Minang menjadi satu bentuk komunitas dimana kata DEMOKRASI dan bebas mengemukakan pendapat sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang akarnya telah tertanam sejak kerajaan pertama tumbuh ditanah Minang.

Penulis mencoba untuk menelusuri keberadaan masyarakat MinangKabau dengan cara sederhana tapi masih tetap memakai kaidah-kaidah yang lazim dipergunakan oleh penulis lainnya. Untuk itu penulis mencoba untuk menghubungkan Tambo-tambo yang beredar dimasyarakat asli Minang sampai dengan zaman pendudukan VOC di wilayah Minang. Penulis juga tidak dapat melepaskan diri dari apa yang telah dan pernah ditulis oleh penulis sebelumnya tentang Minangkabau.
Dikarenakan tulisan ini adalah mengenai sejarah perkembangan dari sejak zaman sebelum masehi, maka metode dasar yang dipakai dalam melakukan pengamatan adalah metode Historical Research agar proses dapat dilakukan secara sistematis dalam hal penggambaran, analisa dan interpretasi kondisi waktu lampau berdasarkan informasi dari sumber yang terpilih yang tentunya berkaitan dengan topik pembahasan.

Selamat membaca, mudah-mudahan tulisan yang masih jauh dari kebenaran sejarah ini dapat membuat para pembaca dapat merenungkan kembali apa dan bagaimana sebenarnya masyarakat MinangKabau itu. Penulis juga sangat berterimakasih jika ada masukan informasi untuk lebih mempertajam hypothesa-hypothesa yang telah dipakai oleh kita semua selama ini.

Penulis, Mara


CATATAN KECIL
From the book - Reid, A (1995), Witness to Sumatra, Oxford University Press, British Council library, Jakarta

Captured by MINANGKABHU
Henrique DIAS

Karamnya kapal Portugis bernama Sao Paulo diwilayah sebelah barat pantai Sumatra pada tahun 1561 sudah terdengar santer pada abad 16, hal itu dikarenakan bencana yang dihadapi oleh kapal Portugis pada masa itu sudah pernah dipublikasikan pada buletin maritime Lisbon tahun 1735. Kapal berbendera Portugis tersebut sedang dalam perjalanan dari Tanjung Harapan (Cape of good hope) menuju Goa, ditengah badai besar, kapal bernama Sao Paulo tersebut terseret gelombang badai sampai diwilayah Sumatra, kemungkinan disekitar daerah Tiku, sebagian besar barang bawaan kapal masih dapat diselamatkan, kemudian dengan sisa bangkai kapal dibuatlah kapal-kapal kecil untuk berusaha berlayar menuju daerah Banten, dalam perjalannnya, rombongan kapal naas itu menghadapi beberapa pertempuran dengan kapal-kapal dari bangsa aceh

Mision to MINANGKABHU Kingdom
Thomas DIAS

Pada sekitar abad 17, Raja Pagarruyung dari wilayah MinangKabhu diisukan sangat kharismatik dan berkuasa penuh. Wilayah kerajaan berpusat di Tanah Datar, yang terkenal pada masa itu sebagai tambang emas yang paling mudah dijarah, karena emas tidak perlu digali terlalu dalam untuk ditemukan. Gubernur Jendral Belanda Cornelis van Quelbergh yang mewakili VOC untuk wilayah Dutch Malacca pada tahun 1641 mengutus Thomas Dias (warga Portugis di Malacca, karena memang sebelumnya dikuasai oleh Portugis) untuk menuju sungai Siak dan berusaha melakukan kontak dengan Raja MinangKhabu dalam melakukan kesepakatan perdagangan emas, lada serta Tin, juga sebagai utusan untuk membicarakan konflik yang sudah lama berjalan antara Dutch Malacca dengan Johore, Siak,Jambi dan Palembang. Peneliti terakhir meragukan data tentang perjalanan Thomas Dias, karena Pagarruyung tidak dekat dengan sungai Selo di Tanah Datar, tetapi mungkin lebih jauh ke utara didekat sungai Sinamar antara Buo dan Kumanis.

Batas GEOGRAFIS tanah MinangKabau

OBJECT TOURISM DISTANCE - West Sumatra

RANGKIANG - A place to stocking RICE (bareh) - Location; At a village in KOTO TANGAH district


Inside RUMAH GADANG - Tilatang village - Built in 1905 - By Dja'a Dt Batuah, Former Demang (now, bupati) AMPEK (four) ANGKEK (lift up) district

Tanah MinangKabau atau yang lebih populer disebut sebagai Ranah Minang berada didaerah propinsi Sumatra Barat yang termasuk didalamnya kepulauan Mentawai. terletak antara 1' lintang utara sampai 3' lintang selatan dan 98' bujur barat sampai 102' bujur timur, sebagian besar wilayah tersebut berada dipantai sebelah barat pulau Sumatra.
Secara geografis pemerintahan wilayah Sumatra Barat dibatasi oleh Propinsi Sumatra Utara dan Riau disebelah utara, propinsi Riau dan Jambi disebelah timur, propinsi Jambi dan Sumatra Selatan disebelah selatan serta Samudra Indonesia yang berada disebelah barat.


Catatan,
Pacu itiak (traditional Duck's race) di Lima Puluh Koto district
Ducks to fly as far as they can on a straight lane

Relief daratan diwilayah MINANGKABAU

Very old traditional house - BODY CHANIAGO style - ASRI magazine, No. 145, page 34


LAMBANG (logo) ibukota Kabupaten (each of central district) - Kompas news 2001-2004

Secara historis garis besar relief darata ranah Minang terbagi atas tiga bagian besar yaitu;

1. Wilayah Daratan
Atau yang biasa disebut sebagai Darek (darat) oleh orang Minang, mencakup dataran
tinggi didaerah pegunungan Bukit Barisan, lembah gunung Singgalang, Tandikat dan
lembah gunung Sago Merapi yang mana diyakini merupakan Ranah Minang asli atau
biasa disebut ALAM MINANGKABAU

Diwilayah Darek tersebut terbagi lagi menjadi tiga bagian yang disebut;
. Luhak Agam, yang berada dilembah dataran tinggi gunung Sago Merapi yang
berpusat di Bukit Tinggi
. Luhak Lima Puluh Koto atau Luhak Nan Bungsu, yang berada dilembah dataran
tinggi gunung Sago merapi yang berpusat di Paya Kumbuh
. Luhak Tanah Datar, yang berada dilembah dataran tinggi gunung Tandikat-
Singgalang Merapi dan berpusat di Batu Sangkar

Ketiga Luhak tersebut biasa lebih dikenal dengan sebutan LUHAK nan TIGO

2. Wilayah Pesisir
Merupakan dataran rendah disebelah barat Bukit Barisan dan berbatasan dengan
Samudra Indonesia, termasuk dalam wilayah ini adalah
. Kabupaten Padang Pariaman yang berpusat di Pariaman
. Kota Madya Padang
. Kabupaten Pesisir Selatan yang berpusat di Painan

3. Wilayah Rantau
Adalah dataran rendah yang berada disepanjang belahan timur Bukit Barisan, merupakan daerah hulu sungai2 besar yang bermuara ke Selat Malaka, termasuk dalam daerah ini adalah,
. Kabupaten Pasaman yang berpusat di Lubuk Sikaping
. Kabupaten Sawah Lunto-Sijunjung yang berpusat di Sawah Lunto
. Kabupaten Solok yang berpusat di Solok

Kehidupan SOSIAL di ranah MINANG

Bukitinggi 90s - Pasar Atas Lembah ANAI, between Padang & Bukitinggi - Historical Waterfall & Railway train for black Locomotive (Mak Itam) - Photographed 1950s

Dja'a Dt Batuah & brothers - Photographed in late 1800 - Tilatang

MinangKabau merupakan satu kelompok etnis masyarakat yang mempunyai adat istiadat dan falsafah hidup yang kuat. Agama Islam adalah merupakan dasar dari adat dan falsafah hidup dari masyarakat Minang saat ini seperti tertuang didalam salah satu prinsip hidup mereka,

adat bersendi Syara'
Syara' bersendi Kitabullah


Dengan iklim yang cukup sejuk didaerah tropis basah dimana suhu berkisar antara 15 sampai 24 derajat celcius didataran tinggi serta 27 sampai 32 derajat celcius didataran rendah (daerah pesisir) serta curah hujan rata2 pertahun sekitar 300 mm, kehidupan masyarakat didominasi dengan bertani dan bercocok tanam. menjadi nelayan adalah merupakan mata pencaharian lain bagi masyarakat didaerah pesisir disamping berkebun kelapa atau bersawah.
Dalam masa perkembangannya sebagian dari masyarakat Minang banyak yang meninggalkan kehidupan tradisional tersebut, terutama kaum muda banyak yang menjadi pedagang (manggaleh) kelontong atau tekstil serta banyak yang membuka rimah makabn dikota2 besar. Selain itu sebagian kecil ada juga yang berusaha dibidang kerajinan tradisional atau industri rumah (tenun dan rajutan).

Kembali pada sistem ke NAGARI an
Sejak dicanangkan kembali Otonomi Daerah berdasarkan Undang2 No. 22 Tahun 1999; tentang Pemerintahan Daerah, wilayah MinangKabau kembali melaksanakan otonomi daerah dengan berbasiskan sistem NAGARI, sedikitnya ada sekitar 543 wilayah nagari yang terdapat didalam Propinsi SumBar.
Nagari menurut PerDa SumBar No. 9/2000 yang dikeluarkan oleh DPRD SumBar (16 Desember 2000), tentang Ketentuan pokok pemerintahan nagari, adalah kesatuan masyarakat hukum adat dalam daerah Provinsi SumBar, yang terdiri dari himpunan beberapa SUKU yang mempunyai wilayah tertentu batas2 nya, mempunyai harta kekayaan sendiri, berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya dan memilih pimpinan pemerintahannya. Disnilah cerminan jiwa DEMOKRATIS masyarakat Minang yang tertuang dalam sistem organisasi pemerintahan daerahnya, karena NAGARI adalah NEGARA dalam skala kecil, yang self contained, otonom dan mampu membenahi diri sendiri.

Ketiga unsur utama dari perangkat pemerintahan ada didalam tatanan NAGARI, yakni; unsur LEGISLATIF, EKSEKUTIF dan YUDIKATIF, tetapi juga merupakan kesatuan Holistik bagi perangkat tatanan Sosial-Budaya.
Keampuhan konsep NAGARI, adalah terhimpunnya semua simpul kekuatan dan otoritas, tidak hanya kesatuan Teritorial, tetapi juga kesatuan Adat, tidak hanya unit pemerintahan formal tetapi juga informal dan mempunyai wewenang kekuasaan yang sifatnya Otonom dan mandiri.

Pada masa lalu, pemerintahan ORDE BARU turut andil dalam memporak porandakan sendi2 tatanan pemerintahan terendah diwilayah Minang sekaligus memperlemah institusi Budaya dan Kesenian masyarakat Minang saat itu, dengan dipecahnya NAGARI2 menjadi pemerintahan DESA2 seperti di "TANAH JAWA", dengan maksud agar pemerintah Pusat tidak pusing dengan perbedaan sistem pemerintahan yang ada di SumBar saat itu. Pemerintahan DESA yang sangat HIERARKHIS SENTRALISTIK FEODALISTIK (Sosiolog DR Mochtar NAIM) dan sangat tidak sesuai dengan jiwa serta akar Budaya masyarakat Minang yang DEMOKRATIS, telah menimbulkan sikap APATISME di masyarakat MINANG. Begitu pula, lembaga2 tradisional yang sebelumnya sangat berperan aktif dan disegani masyarakat, berubah hanya jadi pajangan pada saat PEJABAT turun (meninjau) ke DESA !!
Akibat tekanan bathin yang panjang selama ORDE BARU, dimana rakyat tidak diperbolehkan bersuara dan berinisiatif sendiri (persis! seperti pada masyarakat dikerajaan monarkhi absolut di JAWA, dulu?) apalagi jika tidak sesuai dengan kehendak pemerintah Pusat masa itu, hal tersebut merupakan proses pengebirian masyarakat yang terjadi selama lebih dari satu generasi, membuat watak rakyat Minang yang aslinya EGALITER dan DEMOKRATIS mengalami degradasi menuju watak "JAVANIST" (Bukan bermaksud meremehkan masyarakat JAWA, tetapi ORDE BARU menekan masyarakat MINANG untuk menjadi JAWA).

Tetapi hai (native) MINANGKABAU, mari bangkit kembali menjadi etnik yang berkualitas, demokratis dan maju. Kita sudah biasa dihadapkan dengan tekanan, penghancuran dan perusakan watak secara terstruktur dari sejak zaman menghadapi ADITYAWARMAN yang "ramah tetapi, I my self haven't got any clue what was his purpose came to Tanah Datar at that time" (bingung? silahkan baca seluruh tulisan ini sampai selesai), kebrutalan kaum PADRI yang mengaku ingin menegakkan ajaran Islam, tetapi sebenarnya ternyata cuma mau mempertahankan hegemoni perdagangan etnik ACEH di wilayah Minang (Jangan yakin dulu dengan dogma selama ini yang menyatakan bahwa Mr. IMAM BONJOL adalah National Native Hero, karena hingga saat ini masih menjadi pro & kontra), hingga perang saudara PRRI (1959 - 61) yang sempat merubah kultur budaya (cultural shifted) serta meruntuhkan kepercayaan diri masyarakat Minang saat itu, dan terakhir sebagai GONG nya, tekanan pemerintahan ORDE BARU.
Seluruh deraan itu mari kita anggap sebagai "field training" untuk membangun kekuatan dan kemajuan kita - Because, the real HERO is in us....


Catatan kecil,
Komunitas suku BUNIAN di kedalaman hutan wilayah MinangKabau
Satu komunitas kecil yang telah ada sejak zaman dulu
Komunitas yang dapat menyatu dengan alam sekitarnya dalam arti yang sebenar-benarnya
Kecuali orang Bunian sendiri, mereka tidak akan terlihat secara kasad mata
Mereka sangat akhli melakukan "mimikri" seperti Bunglon

Zaman NEOLITHIKUM

Indonesia old STAMP - Rumah GADANG (wooden) - Private Collection (MI)

PADANG beach city (temperature almost 40'C), capital of West Sumatra province - Population almost 800 thousands - Kompas 15 Februari 2001

STONE STABBED (by sword) statue - Dusun Tuo - Kompas, 13 Juni 2001

Dilihat dari urutan sejarah, perkembangan masyarakat Minang tidak terlepas dari pengaruh serta percampuran budaya dengan bangsa2 lain yang berasal dari daratan Asia seperti India dan Cina yang datang ketanah Minang sejak zaman sebelum masehi

Zaman NEOLITHIKUM (near after STONE AGE era)
Dari masa Neolithikum belum banyak informasi yang dapat dikumpulkan mengenai asal-usul masyarakat daerah Minang, karena sumber2 Pra-Sejarah dari daerah ini masih sedikit dan terbatas yang dapat ditemukan. Dari Tambo2 yang ada di masyarakat Minang juga tidak pernah menyebutkan tahun kejadian secara pasti. akan tetapi menurut akhli2 sejarah, abad kedua sampai ketujuh masehi dapat dikategorikan sebagai permulaan sejarah didaerah Minang, dikarenakan menurut para akhli tersebut, kemungkinan perantau dari keturunan masyarakat Aryan di Asia Tengah yang sekitar tahun 500 SM telah sampai di Ceylon (wilayah Thai sekarang)

Pada sisi lain para arkeolog meyakini bahwa wilayah Minang telah didiami oleh satu kelompok masyarakat yang serumpun dengan bangsa AUSTRONESIA atau lebih dikenal dengan bangsa MELAYU TUA sejak zaman Neolithikum lebih kurang 2000 tahun SM. Bersamaan dengan masa tersebut, didaratan India juga telah muncul kelompok masyarakat disekitar dataran sungai INDUS yang diyakini sebagai kerajaan BABYLONIA pertama diwilayah MESOPOTAMIA. kebiasaan utama dari kelompok masyarakat pertama diwilayah Minang ini adalah agraris yang sangat sederhana. Pekerjaan sehari-hari lebih didominasi oleh kaum wanita sehingga kaum wanita memegang peranan penting didalam keluarga. Jadi dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa sejak zaman inilah dasar2 dari paham Matrilinear mulai tumbuh di masyarakat daerah Minang yang hingga sampai saat ini manjadi akar budaya Minang, walaupun Islam sebagai agama terakhir yang dianut oleh masyarakat Minang mempunyai paham Patrilinear.

Dilihat dari peninggalan2 perunggu yang terdapat didaerah Kerinci, para arkeolog juga menyimpulkan bahwa pada sekitar tahun 300 SM telah terjadi gelombang pendatang dari rumpun bangsa Melayu Muda yang memasuki wilayah Minang dengan membawa kebudayaan Perunggu. percampuran dari bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda inilah yang melahirka nenek moyang masyarakat Minang kemudian dengan kebudayaan Perunggu pada zaman Megalithikum
Sebagian dari masyarakat Minang tradisional samapi saat ini masih mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari salah seorang panglima perang dari ISKANDAR ZULKARNAEN (Alxander the Great) yang datang dari Hindia Belakang, yang datang mengungsi kedaerah Minang serta menetap diPuncak Merapi. Oleh sebab itu, masyarakat tradisional Minang percaya bahwa nenek moyang mereka turun dari puncak gunung Merapi, sesuai dengan Tambo yang banyak beredar dikalangan rakyat Minang, seperti pantun dibawah ini,

Dimana diselai pelita
Dibalik telong nan bertali
Dimana turun ninik kita
Dari atas gunung Merapi


Dapat ditarik satu kesimpulan bahwa kemungkinan ada korelasi antara nenek moyang pendukung kebudayaan Perunggu pada zaman Megalithikum dengan kedatangan panglima dari Raja ISKANDAR ZULKARNAEN (IZ) sebagai penerus dynasti Darius I yang pertama menguasai wilayah PUNJAB sekitar tahun 518 SM, seperti dapat dibaca dari kutipan legenda rakyat tentang asal muasal masyarakat Minang dibawah ini.


Catatan kecil,
MAK ITAM, adalah julukan masyarakat Minang bagi kereta api ber LOKKOMOTIF warna hitam dengan tenaga uap yang telah ada sejak sekitar 1800 an di MinangKabau
Kereta ini melalui rel bergerigi untuk melewati daerah tanjakan
Image yang dramatis adalah ketika kereta tersebut terlihat sedang melewati tepian danau SINGKARAK, berdampingan dengan jalur kendaraan