Para pembaca Yth..............

Tulisan dibawah ini hanyalah kesimpulan saya dari hasil analisa yang masih dangkal mengenai sejarah MinangKabau. But I can assure you, there is no any sentence (s) in this work has quoted from the WebSite

Sunday, April 18, 2010

Mengenai pemberontakan kaum PADRI

SIANOK Cliff, Bukitinggi, from another angle - Photographed 1980s


Mr. IMAM BONJOL - Is declared to be a national native hero ?? - It is still DEBATEABLE up to know - Actually, his parent were an Atjehness trader, he lived in Atjeh trader community, at BONJOL village - His real name is PETO SJARIEF, close to Atjehness common name....

Meletusnya pemberontakan PADRI (1821 - 1837), berdasarkan analisa sementara saya, seharusnya pemeberontakan tersebut tidak perlu terjadi kalau tidak ada provokator extrim penganut aliran Wahabbi saat itu (yang sudah merasuki jiwa kaum PADRI), serta apabila para kelompok pedagang asal Aceh tidak terlalu serakah untuk selalu ingin mendominasi perdagangan diwilayah MinangKabau. Kemudian juga sangat disayangkan sikap PETO SYARIEF alias MALIM BASA alias MUHAMMAD SAHAB yang menamakan dirinya TUANKU IMAM BONJOL (TIB) sebagai pemimpin kelompok pedagang dari desa Bonjol, terlepas dari kerugian usaha perdagangan yang mereka alami, secara keras memutuskan untuk melakukan pemaksaan penghapusan SEKULARISME di MinangKabau tanpa berpikir panjang atas akibat apa yang akan terjadi terhadap masyarakat Minang keseluruhan dikemudian hari. Dengan durasi pemberontakan selama hampir 16 tahun lamanya, dapat diperkirakan bagaimana kukuh dan kerasnya sikap TIB yang tidak ada tawar menawar serta mengesankan tidak mau perduli terhadap akibat yang dirasakan seluruh masyarakat MinangKabau selama pemberontakan BRUTAL & berkepanjangan tersebut (terang saja, dia bukan orang asli MinangKabau !!!!)
Sikap TIB tersebut menimbulkan dugaan, apakah dia memang ingin menjalankan syariat Islam secara keras atau kecemburuan sosial terhadap keluarga kerajaan Pagarruyung yang pada masa itu sangat membuat kelompok pedagang asal Aceh tersingkirkan. Atau apakah TIB mengetahui bahwa keluarga kerajaan Pagarruyung masa itu bukanlah keturunan asli MinangKabau dari Raja NUR ALAM jauh sebelumnya ?
Apakah tindakan TIB sebenarnya melulu hanya untuk membela kaumnya (pedagang daerah Bonjol) tempat bermukimnya para pedagang asal Aceh, dengan tidak perduli tehadap kehancuran masyarakat MinangKabau (termasuk juga didalamnya wilayah MANDAILING). Sikap TIB pun mencerminkan satu karakter bahwa dia sangat mungkin bukan keturunan Minang yang kental dengan budaya kompromistis dengan philosophi hidup adalah, "musuh tidak dicari, tetapi jika terpaksa, baaru dihadapi", sangat jauh dari temperamen TIB walaupun dia dilahirkan didesa Bonjol, lembah Alahan Panjang tahun 1772.
Pada akhirnya seperti tertulis didalam sejarah, TIB tidak mendapatkan hasil apa-apa baik bagi dirinya pribadi maupun bagi kaum dan keturunannya dikemudian hari. Kekerasan hatinya tidak luluh sampai TIB mati tanggal 6 November 1864 pada usia 92 tahun setelah meringkuk selama 27 tahun dalam tahanan di Menado....

Itulah, politik, strategi dan obsesi tidak mengenal batas waktu dan zaman, yang sama hanyalah masyarakat yang menjadi KORBANNNNNNNNNNNNNNNNNN

CATATAN KECIL
Harian Kompas 6 Februari 2006 - artikel Rosihan Anwar; "Perang Padri yang tak anda ketahui", menceritakan kebiasaan kaum PADRI menculik wanita dalam setiap serangan mereka untuk dijual sebagai BUDAK !!!!

Christine Dobbin (1983), Islamic revivalism in a changing peasant economy, central Sumatra 1784 - 1847, Curzon Press, menceritakan bahwa; PADRI & VOC khawatir terhadap hancurnya hegemony dagang mereka diwilayah MinangKabau dan pantai barat. Dobbin menceritakan bahwa perdagangan budak sangat penting dalam sistem PADRI, bukan hanya sebagai barang dagangan tetapi juga sebagai pengangkut barang dan tentara cadangan, itu sebabnya PADRI dapat melawan VOC selama 16 tahun !!
Kaum PADRI berdasarkan paparan Dobbin, melakukan peperangan secara brutal jauh dari nilai Islam (karena memang sangat kuat diduga tujuan PADRI hanya untuk mempertahankan hegemony wilayah dagangnya diranah Minang)

Coba baca Majalah TEMPO terbitan 21 Oktober 2007 No. 34/XXXVI/Okt.2007, yang juga membahas tentang; Kontroversi kebrutalan kaum PADRI dalam perang didataran tinggi MinangKabau (1803 - 1837)

Jadi menurut saya judul diatas "Mengenai pemberontakan kaum PADRI" sangat tidak relevan, yang lebih cocok adalah; "Mengenai egoisme dan kebrutalan kaum PADRI"

TERNYATA....Dalam memoir Mr. IMAM BONJOL (katanya di halaman 39); dia akhirnya SADAR dan MENYESALI, kalau "perjuangan" kaum PADRI selama 16 tahun di wilayah Minangkabau sudah jauh melenceng dari ajaran agama Islam....

No comments:

Post a Comment