PADANG beach city (temperature almost 40'C), capital of West Sumatra province - Population almost 800 thousands - Kompas 15 Februari 2001
STONE STABBED (by sword) statue - Dusun Tuo - Kompas, 13 Juni 2001
Dilihat dari urutan sejarah, perkembangan masyarakat Minang tidak terlepas dari pengaruh serta percampuran budaya dengan bangsa2 lain yang berasal dari daratan Asia seperti India dan Cina yang datang ketanah Minang sejak zaman sebelum masehi
Zaman NEOLITHIKUM (near after STONE AGE era)
Dari masa Neolithikum belum banyak informasi yang dapat dikumpulkan mengenai asal-usul masyarakat daerah Minang, karena sumber2 Pra-Sejarah dari daerah ini masih sedikit dan terbatas yang dapat ditemukan. Dari Tambo2 yang ada di masyarakat Minang juga tidak pernah menyebutkan tahun kejadian secara pasti. akan tetapi menurut akhli2 sejarah, abad kedua sampai ketujuh masehi dapat dikategorikan sebagai permulaan sejarah didaerah Minang, dikarenakan menurut para akhli tersebut, kemungkinan perantau dari keturunan masyarakat Aryan di Asia Tengah yang sekitar tahun 500 SM telah sampai di Ceylon (wilayah Thai sekarang)
Pada sisi lain para arkeolog meyakini bahwa wilayah Minang telah didiami oleh satu kelompok masyarakat yang serumpun dengan bangsa AUSTRONESIA atau lebih dikenal dengan bangsa MELAYU TUA sejak zaman Neolithikum lebih kurang 2000 tahun SM. Bersamaan dengan masa tersebut, didaratan India juga telah muncul kelompok masyarakat disekitar dataran sungai INDUS yang diyakini sebagai kerajaan BABYLONIA pertama diwilayah MESOPOTAMIA. kebiasaan utama dari kelompok masyarakat pertama diwilayah Minang ini adalah agraris yang sangat sederhana. Pekerjaan sehari-hari lebih didominasi oleh kaum wanita sehingga kaum wanita memegang peranan penting didalam keluarga. Jadi dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa sejak zaman inilah dasar2 dari paham Matrilinear mulai tumbuh di masyarakat daerah Minang yang hingga sampai saat ini manjadi akar budaya Minang, walaupun Islam sebagai agama terakhir yang dianut oleh masyarakat Minang mempunyai paham Patrilinear.
Dilihat dari peninggalan2 perunggu yang terdapat didaerah Kerinci, para arkeolog juga menyimpulkan bahwa pada sekitar tahun 300 SM telah terjadi gelombang pendatang dari rumpun bangsa Melayu Muda yang memasuki wilayah Minang dengan membawa kebudayaan Perunggu. percampuran dari bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda inilah yang melahirka nenek moyang masyarakat Minang kemudian dengan kebudayaan Perunggu pada zaman Megalithikum
Sebagian dari masyarakat Minang tradisional samapi saat ini masih mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari salah seorang panglima perang dari ISKANDAR ZULKARNAEN (Alxander the Great) yang datang dari Hindia Belakang, yang datang mengungsi kedaerah Minang serta menetap diPuncak Merapi. Oleh sebab itu, masyarakat tradisional Minang percaya bahwa nenek moyang mereka turun dari puncak gunung Merapi, sesuai dengan Tambo yang banyak beredar dikalangan rakyat Minang, seperti pantun dibawah ini,
Dimana diselai pelita
Dibalik telong nan bertali
Dimana turun ninik kita
Dari atas gunung Merapi
Dapat ditarik satu kesimpulan bahwa kemungkinan ada korelasi antara nenek moyang pendukung kebudayaan Perunggu pada zaman Megalithikum dengan kedatangan panglima dari Raja ISKANDAR ZULKARNAEN (IZ) sebagai penerus dynasti Darius I yang pertama menguasai wilayah PUNJAB sekitar tahun 518 SM, seperti dapat dibaca dari kutipan legenda rakyat tentang asal muasal masyarakat Minang dibawah ini.
Zaman NEOLITHIKUM (near after STONE AGE era)
Dari masa Neolithikum belum banyak informasi yang dapat dikumpulkan mengenai asal-usul masyarakat daerah Minang, karena sumber2 Pra-Sejarah dari daerah ini masih sedikit dan terbatas yang dapat ditemukan. Dari Tambo2 yang ada di masyarakat Minang juga tidak pernah menyebutkan tahun kejadian secara pasti. akan tetapi menurut akhli2 sejarah, abad kedua sampai ketujuh masehi dapat dikategorikan sebagai permulaan sejarah didaerah Minang, dikarenakan menurut para akhli tersebut, kemungkinan perantau dari keturunan masyarakat Aryan di Asia Tengah yang sekitar tahun 500 SM telah sampai di Ceylon (wilayah Thai sekarang)
Pada sisi lain para arkeolog meyakini bahwa wilayah Minang telah didiami oleh satu kelompok masyarakat yang serumpun dengan bangsa AUSTRONESIA atau lebih dikenal dengan bangsa MELAYU TUA sejak zaman Neolithikum lebih kurang 2000 tahun SM. Bersamaan dengan masa tersebut, didaratan India juga telah muncul kelompok masyarakat disekitar dataran sungai INDUS yang diyakini sebagai kerajaan BABYLONIA pertama diwilayah MESOPOTAMIA. kebiasaan utama dari kelompok masyarakat pertama diwilayah Minang ini adalah agraris yang sangat sederhana. Pekerjaan sehari-hari lebih didominasi oleh kaum wanita sehingga kaum wanita memegang peranan penting didalam keluarga. Jadi dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa sejak zaman inilah dasar2 dari paham Matrilinear mulai tumbuh di masyarakat daerah Minang yang hingga sampai saat ini manjadi akar budaya Minang, walaupun Islam sebagai agama terakhir yang dianut oleh masyarakat Minang mempunyai paham Patrilinear.
Dilihat dari peninggalan2 perunggu yang terdapat didaerah Kerinci, para arkeolog juga menyimpulkan bahwa pada sekitar tahun 300 SM telah terjadi gelombang pendatang dari rumpun bangsa Melayu Muda yang memasuki wilayah Minang dengan membawa kebudayaan Perunggu. percampuran dari bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda inilah yang melahirka nenek moyang masyarakat Minang kemudian dengan kebudayaan Perunggu pada zaman Megalithikum
Sebagian dari masyarakat Minang tradisional samapi saat ini masih mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari salah seorang panglima perang dari ISKANDAR ZULKARNAEN (Alxander the Great) yang datang dari Hindia Belakang, yang datang mengungsi kedaerah Minang serta menetap diPuncak Merapi. Oleh sebab itu, masyarakat tradisional Minang percaya bahwa nenek moyang mereka turun dari puncak gunung Merapi, sesuai dengan Tambo yang banyak beredar dikalangan rakyat Minang, seperti pantun dibawah ini,
Dimana diselai pelita
Dibalik telong nan bertali
Dimana turun ninik kita
Dari atas gunung Merapi
Dapat ditarik satu kesimpulan bahwa kemungkinan ada korelasi antara nenek moyang pendukung kebudayaan Perunggu pada zaman Megalithikum dengan kedatangan panglima dari Raja ISKANDAR ZULKARNAEN (IZ) sebagai penerus dynasti Darius I yang pertama menguasai wilayah PUNJAB sekitar tahun 518 SM, seperti dapat dibaca dari kutipan legenda rakyat tentang asal muasal masyarakat Minang dibawah ini.
Catatan kecil,
MAK ITAM, adalah julukan masyarakat Minang bagi kereta api ber LOKKOMOTIF warna hitam dengan tenaga uap yang telah ada sejak sekitar 1800 an di MinangKabau
Kereta ini melalui rel bergerigi untuk melewati daerah tanjakan
Image yang dramatis adalah ketika kereta tersebut terlihat sedang melewati tepian danau SINGKARAK, berdampingan dengan jalur kendaraan
No comments:
Post a Comment