STAMP - Traditional MinangKabau, 1971 Issue
A quiet & clean LANE at a DWELLING in Bukitinggi - KotaKota magazine 2004
FORT DE KOCK fortress, view to SIANOK cliff- The upper Bukitinggi - Photographed, Desember 1988
Pada masa Dt Perpatih nan Sebatang & Dt Ketumenggungan sudah berangkat tua, datanglah seorang nakhoda kapal yang membawa kerbau besar bertanduk panjang. Oleh Raja NUR ALAM disuruhnyalah nakhoda tersebut menghadap Dt Perpatih & Dt Ketumenggungan di Sungai Tanah. Setiba disana, sang nakhoda menantang kedua Datuk untuk mengadu kerbau. Dem melihat kerbau si nakhoda sedemikian besar dan panjang tanduknya, kedua Datuk mendapat akal dengan memasang tanduk besi dikepala anak kerbau yang belum menyusu selama seminggu. Pada saat kedua kerbau diadu, anak kerbau itu langsung menyeruduk keperut kerbau si nakhoda sehingga perut kerbau besar itu terbuka lebar, kerbau kemudian berlari kian kemari, sampai pada satu tempat isi perutnya terburai keluar. Tempat isi perut kerbau itu terburai keluar dinamakan Simpurut, sedangkan tempat dimana kerbau itu mati dan dikuliti dinamakan Sijangek (sikulit). Semenjak peristiwa tersebut kerajaan BUKIT BATU PATAH terkenal keluar dengan sebutan MinangKabau yang berarti menang mengadu kerbau.
Tuesday, April 20, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment